Dengan

Kita dengan keegoisan kita masing-masing.
Kita dengan perasaan pada satu sama lain-lain.
Kita dengan harapan segera bertemu kembali.
Kita dengan segala umbaran janji.
Kita dengan tumpukan imajinasi.
Kita dengan ketakutan untuk bersedih.
Kita dengan kekhawatiran akan tragedi.
Kita dengan segala upaya peneguhan hati.
Kita dengan berdiam diri.
Mulai bernyanyi.
Menari.
Tanpa henti.

Sisa Hujan

Bersenandung sore menikmati sisa-sisa hujan di kaca jendela
Berdansa bersama tetes-tetes hujan yang masih ada di dedaunan

Tertawa menatap langit sembari berharap tidak segera menjadi gila
Hingga akhirnya memandangi tanah basah bersama cacing-cacing yang menggeliat

Kembang dan kumbang sama-sama basah kuyup
Semut masih mengantre sembako di rumah yang entah milik siapa

Semuanya sibuk mencari
Tiap-tiap dari mereka begitu senang menyibukkan diri

Sementara aku sebentar lagi akan terlelap
Entah sampai kapan

Apa tidak usah bangun lagi?

Cerita Tentang Kerinduan

Apa yang kamu cari dari kerinduan?
Mengapa jarak begitu diperhitungkan?
Sementara perasaan terkadang begitu mudah diabaikan
Karena bagiku semua sama
Karena bagiku semua sia-sia

Yang di sana menutupi wajahnya
Menghindar dari seseorang di tempat lain
Seakan-akan mau kabur
Seperti seorang buronan yang ketakutan
Ketakutan akan keputusannya sendiri

Apa yang kamu harapkan dari kerinduan?
Sebuah pelukankah?
Sebuah kecupankah?
Atau hanya sebuah senyuman yang bisa kembali membuka luka?

Lalu aku pun memutuskan untuk sembunyi
Dan juga bernyanyi
Di malam sepi tanpa berusaha berlari

Melepas Pergi

Aku menutup mata.
Kembali di pelukan bukan lagi hal yang sama.

Pernahkah kamu berhenti mencari?
Mencari potongan yang ternyata tak pernah hilang?

Pelukan yang lama terasa hangat kini sudah mendingin.
Semua itu berasal dari aku, aku yang tergopoh-gopoh melangkah.

Melangkah menjauh.
Melangkah pergi.

Di bawah sang surya aku kembali menutup mata.
Merasakan teriknya sampai pudar.

Aku membakar kenangan, aku menghanguskan kepergian.
Aku merelakan, aku membiarkan.