I need my sanity back. That is the only sentence I got along with the migraine I am having right now. I am sleepy yet dizzy. Back then, before I started dating my boyfriend, I was quite happy. I went out with my new friends, I fell in love (with another guy), I learned a lot of things, and so on.
Category: Random Writings
Which One Are You into Him or Her?
I tweeted about this once moments ago. One friend came to me. He said that he was quite slapped because of this. I agreed. I also got slapped. Several times meeting someone new, I had never really questioned about this to myself. Which one was I into them?
New Lesson #4
Well, the new lesson is that
“I should never compare my life to others’.”
We are given different matters depending on our abilities. He won’t give us things that we cannot solve. I have now believed that we always own the life. It is all about how we handle the life. Live to the fullest.
New Lesson #3
I just got a new lesson about women yesterday.
“We–women, have the power to control our body. Even if we have to use our body to control things around us.” – Maam Retno.
Yeah, we have the power. We are women.
New Lesson #2
Well, these days I’ve been learning about this:
“Diversity is always beautiful.”
Good morning! š
New Lesson #1
I just experienced something that I have never felt and experienced before. Things might not happen exactly like what I wanted it to be, but at least, I’m done. I have finished it by myself, without regretting it. I’m proud of myself, and I’m glad for letting it go so easily.
And oh, well…
I have learned that anything perfect is never perfect after all.
Remember What the Turkish Say: “Beterin beteri vardır.”
Mungkin judul tulisan hari ini berbeda dari tulisanku yang biasanya, karena ada selipan beberapa kata dalam Bahasa Inggris dan sebuah pepatah dalam Bahasa Turki.
Ya,Ā “Beterin beteri vardır.” Every bad has its worse. Be grateful.Ā
Sejauh yang aku tahu, dalam Bahasa Indonesia tidak ada pepatah yang bunyinya persis seperti ini. Pepatah ini tidak berbunyi seperti, “Habis gelap terbitlah terang.”, tapi pepatah Turki ini mengingatkan aku tentang betapa pentingnya aku bersyukur saat mengalami masalah yang sangat berat–bagiku, atau cobaan yang bertubi-tubi. Atau malah, rasa sakit tidak terkira yang belum pernah dirasakan sebelumnya…? Sejujurnya, aku tidak pernah tahu.
Sesimpel ini, dulu ketika nilaiku turun saat duduk di bangku Sekolah Dasar, aku harus selalu bersyukur karena setidaknya aku masih bisa terus bersekolah dan selalu naik kelas. Aku jauh lebih beruntung dibandingkan anak-anak jalanan yang mau beli seragam sekolah saja tidak bisa.
Kini, aku sudah duduk di bangku kuliah. Ya, ya, tidak perlu diingatkan lagi, waktu berjalan begitu cepat… atau terlalu cepat.
Tumbuh dewasa atau bertambah usia adalah salah satu fase kehidupan yang (hampir selalu) kukeluhkan. Rasanya aku tidak pernah siap menghadapi dunia nyata. Aku masih ingin membaca buku fiksi seharian di kamar atau sekadar bermainĀ The Sims di depan komputer, tanpa harus berpikir mau jadi apa aku nanti, perusahaan seperti apa yang akan menjadi tempatku bekerja nanti, atau malah pasangan seperti apa yang akan mendampingiku nanti. Hmmm… Kenapa dahi ini rasanya semakin berkerut, ya?
Aku tahu jawabannya, karena aku terlalu banyak berpikir.
Berpikir membuatku menjadi lebih cepat tua, sementara menjadi seseorang yang terus awet muda adalah impian setiap manusia. Iya, kan? Atau tidak? Menurutku sih, iya.
Kembali lagi pada pepatahĀ “Beterin beteri vardır.”, aku kembali diingatkan bagaimana aku harus selalu bersyukur. Aku tahu pepatah, “Di atas langit masih ada langit.” Pepatah ini mengingatkanku supaya aku tidak menjadi orang yang sombong karena pasti ada orang lain yang jauh lebih hebat dariku. Selalu ada. Sementara pepatah Turki yang berbunyiĀ “Beterin beteri vardır.” membantuku mengingat betapa di setiap situasi yang pualing buruk sedunia (versiku) sekalipun, selalu ada yang lebih buruk, selalu ada kemungkinan yang lebih buruk yang bisa terjadi padaku, dan (untungnya) aku tidak perlu mengalami versi yang lebih buruk.
Bersyukur, mari bersyukur.
Ketika aku stress karena berat badanku naik setelah makan berlebihan, setidaknya aku masih bisa makan, tidak harus bersusah-susah mencari makan seperti anak-anak kelaparan di Afrika yang bahkan (maaf) harus memakan kotoran sapi agar bisa bertahan hidup.
Ketika nilaiku di kampus menurun, setidaknya aku masih bisa kuliah, karena di luar sana masih banyak remaja seumuranku yang tidak bisa kuliah karena masalah biaya. Belajar dari sini, aku hanya bisa mengandalkan semangatku untuk terus belajar agar bisa memperbaiki nilaiku di semester depan.
Ketika aku merasa begitu lelah dan sibuk, setidaknya aku masih bisa mengerjakan banyak hal, karena di luar sana banyak orang yang terlahir (maaf) kurang sempurna sehingga mereka tidak bisa mengerjakan apa-apa sendiri, selalu membutuhkan bantuan orang lain.
Ketika aku merasa sakit karena begitu capek, setidaknya aku masih sehat dan bisa beraktivitas seperti biasa, tidak perlu terbaring lemah di rumah sakit seperti orang-orang dengan penyakit kronis yang setiap hari berharap usianya bisa bertambah setidaknya sehari saja.
Dan, masih banyak lagi yang bisa, selalu, dan harus kusyukuri.
Aku bersyukur dengan segala kejadian buruk yang pernah kualami, setidaknya aku tidak mengalami yang lebih buruk lagi.
Setidaknya, aku masih bisa hidup dan tersenyum saat menuliskan ceritaku ini. Aku masih bernapas. Aku hidup.
“Beterin beteri vardır.”