Mendengarkan Kesedihan

Malam ini saya kembali terhenyak karena diri saya sendiri. Apa yang ada di dalam kepala saya tidak pernah bisa berhenti bekerja. Mencerna satu per satu perkara yang saya hadapi. Saya sering bertanya-tanya, tidak bisakah saya berhenti berpikir bahkan hanya untuk satu menit saja? Rasanya itu sebuah permintaan yang terlalu besar untuk seorang manusia yang menginjak usia dewasa. Memikirkan kata “dewasa” saja saya geli, karena saya selalu merasa anak-anak, dan saya senang karenanya.

Continue reading “Mendengarkan Kesedihan”

Proses yang Bernama Adaptasi

Belakangan saya kembali dihantui oleh sebuah proses ini. Ya, oleh dia yang bernama adaptasi. Setelah tiga tahun atau enam semester ‘tinggal’ di tempat lain dan sesekali pulang ke rumah di akhir pekan, akhirnya saya kembali ke rumah. Rumah yang dibangun dengan hasil jerih payah Papa pada tahun 2004 dan oh, ternyata sudah 9,5 tahun kami tinggali sekeluarga.

Continue reading “Proses yang Bernama Adaptasi”