Kita dengan keegoisan kita masing-masing.
Kita dengan perasaan pada satu sama lain-lain.
Kita dengan harapan segera bertemu kembali.
Kita dengan segala umbaran janji.
Kita dengan tumpukan imajinasi.
Kita dengan ketakutan untuk bersedih.
Kita dengan kekhawatiran akan tragedi.
Kita dengan segala upaya peneguhan hati.
Kita dengan berdiam diri.
Mulai bernyanyi.
Menari.
Tanpa henti.
Category: Puisi
Rindu
Aku ingat rindu.
Rindu itu kamu.
Yang muncul dengan menggebu.
Kemudian terasa pilu.
Itu Saja
Ini adalah waktu di mana aku ingin terus tidur.
Tapi aku tidak mau mendengkur.
Tidak ada harapanku yang menyamai ini.
Untuk melawan kenyataan, dan memilih tinggal dalam imajinasi.
Itu saja.
Aku tidak ingin yang lain.
Betapa
Betapa waktu tak pernah menunggu
Aku ataupun kamu
Betapa waktu kadang memberi jemu
Betapa waktu kadang memberi rindu
Betapa waktu telah mengecohku
Betapa aku terus mengejar waktu
Berlalu
Berlalu
Berlalu.
Kesabaran yang Bebas
Telah berapa lama aku bersabar.
Tersenyum lebar.
Tidak sesumbar.
Jantung tak lagi berdebar.
Lalu kusadari rasanya hambar.
Kini semua kebas.
Aku kembali bebas.
Bebas.
Be…
Bas.
Kamu
Dan kamu menjelma rindu.
Lalu lidahku kelu.
Sedikit ngilu.
Kamu,
Kamu masih di situ?
Rima
Aku
Sendu
Rindu
Debu
Abu
Ragu
Malu
Palsu
Tamu
Layu
Semu
Pilu
Kaku
Paku
Rayu
Sipu
Beku
Kelu
Kamu
Sisa Hujan
Bersenandung sore menikmati sisa-sisa hujan di kaca jendela
Berdansa bersama tetes-tetes hujan yang masih ada di dedaunan
Tertawa menatap langit sembari berharap tidak segera menjadi gila
Hingga akhirnya memandangi tanah basah bersama cacing-cacing yang menggeliat
Kembang dan kumbang sama-sama basah kuyup
Semut masih mengantre sembako di rumah yang entah milik siapa
Semuanya sibuk mencari
Tiap-tiap dari mereka begitu senang menyibukkan diri
Sementara aku sebentar lagi akan terlelap
Entah sampai kapan
Apa tidak usah bangun lagi?
Cerita Tentang Kerinduan
Apa yang kamu cari dari kerinduan?
Mengapa jarak begitu diperhitungkan?
Sementara perasaan terkadang begitu mudah diabaikan
Karena bagiku semua sama
Karena bagiku semua sia-sia
Yang di sana menutupi wajahnya
Menghindar dari seseorang di tempat lain
Seakan-akan mau kabur
Seperti seorang buronan yang ketakutan
Ketakutan akan keputusannya sendiri
Apa yang kamu harapkan dari kerinduan?
Sebuah pelukankah?
Sebuah kecupankah?
Atau hanya sebuah senyuman yang bisa kembali membuka luka?
Lalu aku pun memutuskan untuk sembunyi
Dan juga bernyanyi
Di malam sepi tanpa berusaha berlari
Melepas Pergi
Aku menutup mata.
Kembali di pelukan bukan lagi hal yang sama.
Pernahkah kamu berhenti mencari?
Mencari potongan yang ternyata tak pernah hilang?
Pelukan yang lama terasa hangat kini sudah mendingin.
Semua itu berasal dari aku, aku yang tergopoh-gopoh melangkah.
Melangkah menjauh.
Melangkah pergi.
Di bawah sang surya aku kembali menutup mata.
Merasakan teriknya sampai pudar.
Aku membakar kenangan, aku menghanguskan kepergian.
Aku merelakan, aku membiarkan.