Hai! Nama gue Sefin dan gue adalah mahasiswi Sastra Inggris 2010.
Bagi diri gue sendiri, FIB bukan hanya sekadar fakultas yang memiliki singkatan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya di Universitas Indonesia alias UI. FIB juga bukan cuma sebuah fakultas dengan sembilan gedung tua, banyak tempat nongkrong, serta tempat-tempat baru yang lagi dibangun dan direnovasi. FIB lebih dari itu semua, karena FIB UI adalah FIB Gue.
Walaupun gue baru saja menginjak tahun ketiga di FIB, sudah banyak banget kejadian yang gue alami selama di sini. Susah, senang, sedih, marah, kesal, dan sebagainya. Kalau ibarat emoticon di BB, semuanya sudah hampir gue gunakan sampe emoticon tanpa ekspresi kayak gini -> šĀ Well, apapun yang terjadi, FIB UI tetaplah FIB Gue tercinta. FIB adalah tempat di mana gue tumbuh dan berkembangnya layaknya seorang bayi di masa golden age *ceileh.
Anyway, gue akan langsung berpindah ke topik utama, yaitu FIB Gue. Sejujurnya, gue sendiri bingung ketika awalnya mau menulis tentang FIB Gue, karena FIB sendiri memiliki multi-interpretation atau interpretasi yang berlipat jumlahnya bagi diri gue sendiri. Yang terpenting adalah gue selalu dan akan terus bangga menjadi seorang mahasiswi FIB UI.
FIB Gue adalah sebuah panggung seni dan eksplorasi diri. Gue bangga banget bisa belajar di fakultas yang telah melahirkan banyak seniman dan sastrawan Indonesia. Melihat banyak sekali teman-teman, junior, serta senior yang sudah mengembangkan talenta seninya dengan pesat selama di FIB, bagi gue adalah sebuah pengalaman yang sangat luar biasa. Banyak sekali bakat-bakat terpendam yang akhirnya muncul dan membuat banyak orang ternganga saat menyaksikannya. Banyak sekali hasil karya yang telah diproduksi dan diperbaharui. Begitu pula dengan diri gue sendiri, karena setelah gue menjadi seorang mahasiswi FIB, gue akhirnya bisa lebih berani untuk tampil bersama biola mungil gue satu-satunya. Teater, musik, tari, serta sastra telah menjadi bagian terpenting di FIB. Hal ini semakin menyadarkan gue bahwa sastra dan seni adalah dua bidang yang nggak akan pernah mati. Bila keduanya mati, maka perasaan seluruh manusia di muka bumi ini akan mati. Keduanya adalah sumber eksplorasi diri, juga sumber improvisasi diri.Ā
FIB Gue bukanlah sekadar sebuah institusi pendidikan dengan ribuan mahasiswa berjaket kuning, FIB Gue lebih dari itu. FIB Gue adalah FIB yang dihuni oleh ribuan anak muda dengan jutaan mimpi sempurna. Gue seringkali mendengar komentar miring tentang anak FIB, tetapi dari semuanya itu, nggak ada yang terbukti sama sekali. Anak-anak FIB Gue bukanlah anak-anak muda yang menjalani kehidupannya seperti robot, melainkan anak-anak yang telah memilih jalan hidupnya masing-masing, lalu menjalankannya. Bisa dibilang, banyak banget drama anak-anak FIB yang nggak terduga sama sekali, but that is the real life. FIB Gue adalah tempat di mana ribuan kaum muda hidup dalam realita. Ini adalah FIB Gue.
Keluarga gue adalah FIB. FIB Gue adalah keluarga. Selama hampir lima semester gue di sini, gue seneng banget karena bisa ketemu banyak orang dari berbagai latar belakang dan kehidupan. Gue seneng banget karena punya orang-orang yang bisa dirangkul dan diajak berbagi cerita. Gue bisa ketemu kakak-kakak, teman-teman, juga adik-adik di fakultas ini. Banyak sekali pelajaran berharga yang telah gue peroleh dari mereka semua. Selain itu, gue juga belajar tentang arti persahabatan, solidaritas, toleransi, kekeluargaan, serta kebersamaan yang sebenarnya. Gue semakin percaya bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Di FIB, gue belajar banyak tentang bagaimana menjadi makhluk sosial yang menghormati dan menghargai makhluk sosial yang lain.
Kalau ada yang bertanya bagaimana gue menggambarkan sebuah dunia yang sesungguhnya, gue akan menjelaskan bahwa FIB Gue adalah miniatur dunia. Segala perbedaan yang ada di dalamnya telah berhasil menjadikan FIB menjadi satu. Perbedaan yang begitu indah dirangkai ke dalam sebuah institusi pendidikan. FIB bukan hanya sebuah tempat belajar formal, tetapi juga tempat belajar tentang kehidupan yang sebenarnya. Ada jutaan hal yang telah, bisa, dan akan gue pelajari selama gue di FIB. Gue sadar bahwa dalam hidup kita perlu belajar bagaimana caranya bertahan hidup atau survival, dan FIB Gue menyajikan itu dalam berbagai mediumābaik yang gue sadari maupun nggak. Hidup ini adalah perjuangan, bro!
Hmm… ternyata banyak sekali ya, arti FIB bagi gue? Masih adakah? Masih, tentu saja. Di luar ini semua, gue yakin masing-masing dari kita punya cerita yang berbeda tentang FIB, dan gue nggak sabar untuk mendengar semua cerita itu. Dan ini FIB Gue. Budaya Kami Budaya Juara. Gue bangga jadi anak FIB. Sampai jumpa!
Tulisan ini masuk ke majalah DPM, “Majas” dan menjadi juara kedua untuk sayembara menulis “FIB Gue” dari DPM FIB UI. Aku sangat berterima kasih pada DPM yang telah memilih tulisanku dan memberikan hadiah sebuah jersey bola. š
Ini adalah FIB buatku, kalau buat kamu? š